Pilpres 2019, Jokowi dan Para Jenderal



Sejak Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar di Bali, secara gamblang Ketua Umum DPP Partai Golkar, Setya Novanto secara terbuka menyatakan dukungan kepada Joko Widodo untuk mencalonkan pada Pilpres 2019. Sementara belakangan malah menguat isu jenderal bintang TNI untuk Pilpres 2019.

Meski telah jauh-jauh hari menyatakan dukungan namun Partai Golkar tidak to the point yakin kader terbaiknya dapat mendampingi Jokowi di Pilpres 2019. Setya Novanto bahkan mengurungkan niat mendampingi Jokowi (22 Mei 2017). Meski pun saat Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, Ketua Dewan Pembina, Aburizal Bakrie mendorong agar Partai Golkar mengusung kadernya sendiri maju di Pilpres 2019.

"Saya enggak ada niat sama sekali untuk mencalonkan jadi cawapres. Saya serahkan kepada presiden. Dari Golkar enggak ada ngomong kaya gitu," (Setya Novanto 26 Mei 2017, CNN Indonesia).

Padahal ada beberapa alasan mengapa Setya Novanto layak maju menjadi menjadi calon wakil presiden di Pilpres 2019. Politisi muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia mengatakan sosok Setya memiliki komunikasi politik yang baik. Terlebih bila nanti Setya dapat melewati ujian dalam kasus pengadaan e-KTP.

"Dan kedekatan yang sangat erat dengan Pak Jokowi," (Ahmad Doli Kurnia, 26 Mei 2017, CNN Indonesia).

Jaringan Jenderal
Prediksi saya saat Pilpres 2019 nanti beberapa hal yang tetap kuat adalah nama Presiden Jokowi, dan jaringan jenderal-jenderal TNI. Bahkan di Pilpres 2019 bisa saja akan mengulang kembali calon-calon yang dulu maju di Pilpres 2014.

Nama yang sentral disebut adalah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo baru-baru ini. Jika Prabowo konsisten membangun jaringan penguatan melalui pemenangan-pemenangan calon yang diusung Gerindra di Pilkada serentak 2015, 2017, 2018, maka Gatot Nurmantyo menguat dalam bingkai keterwakilan kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

Selain dua nama jenderal tadi nama mantan Panglima TNI lain yang juga disebut akan maju di Pilpres 2019 adalah Jenderal (Purn) Moeldoko.

"Sosok militer yang kuat saat ini selain Prabowo Subianto ya Panglima TNI Gatot Nurmantyo." (Hendri Satrio peneliti Lembaga Survey KedaiKOPI, 26 Mei 2017, Detikcom).

Penguatan jaringan Prabowo mungkin dapat dilihat secara mudah oleh masyarakat saat melihat Pilkada DKI Jakarta 2017. Kemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno telah meyakinkan kelompok masyarakat untuk mengusung calon di Pilpres 2019 dari barisan mantan jenderal. Tidak saja itu di Pilkada serentak 2018 seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan provinsi lain penguatan pasangan calon akan kentara hingga Pilpres 2019.

Tidak dapat dipingkiri masyarakat Indonesia telah lama dan berpengalaman dipimpin oleh Presiden yang notabene lulusan Jenderal. Ini dilihat bagaimana sosok mantan Presiden RI kedua, Soeharto yang puluhan tahun memimpin negeri. Pun halnya dengan era Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat selama sepuluh tahun. Bisa dikatakan kepemimpinan nasional tampuk presiden masih didominasi oleh jenderal.

Namun pastinya dalam demokrasi yang terbuka siapapun memiliki peluang di Pilpres 2019. Keterbukaan itu yang mendorong Indonesia menjadi Negara terbaik di dunia sebagai simbol baru masyarakat yang modern namun tidak meninggalkan identitasnya.

"Saat Pemilu digelar maka dadu akan dilempar, ada banyak kemungkinan dadu jatuh pada sudut tertentu. Dan hanya satu yang menentukan yaitu, Arah Mata Angin" (Sei)

Comments