Contoh Esai: Jamu Tradisional dan Kemandirian Ekonomi Masyarakat


Jamu Tradisional dan Kemandirian Ekonomi Masyarakat


Seorang penjual jamu terlihat senang saat botol-botol jamunya habis dibeli warga, mereka yangs setiap hari setia membeli. Harganya tidak mahal hanya Dua ribu rupiah saja. Rasa kunyit dan kencur menyatu dalam satu gelas, rasanya pahit tapi setelahnya ditawarkan air gula merah yang manis di lidah.

Peminum jamu tradisional tidak tahu betul darimana asal jamu-jamu itu diproduksi, bahkan tidak juga tahu siapa pembuatnya. Jelasnya mereka membeli lalu merasakan manfaatnya, tubuh lebih sehat, lebih segar dan tentunya tidak mahal.

Tidak dipungkiri keanekaragaman hayati Indonesia menjadikan jamu tradisional atau minuman herbal pada perkembangannya menjadi kekuatan industri-industri rumahan di sebagian besar wilayah Indonesia tumbuh membangun kemandirian ekonominya. Rumah-rumah produksi jamu tidak begitu seperti unit produksi melainkan nampak seperti rumah biasa, tapi hasil produksi jamu tradisional siapa tidak tahu orang Indonesia pasti mengenalnya.

Jamu sendiri sebutan ramuan herbal tradisional masyarakat Indoensia yang menjadi ciri khas cara hidup lebih sehat masyarakat Jawa dulu. Sebagai salah satu kekayaan Indonesia jamu memegang peranan penting bagi hidup sehatnya masyarakat Indonesia sejak dulu. Tradisi ini kemudian dilanjutkan di era kemajuan yang masyarakatnya semakin tergantung oleh obat tradisional. Karenannya penting sekali untuk mendorong tumbuh dan kembangnya jamu tadisional sekaligus ramuan herbal sebagai pondasi dasar kemandirian ekonomi masyarakat di desa. Karena secara substansial inovasi industry ekonomi kreatif telah sejak lama tumbuh di desa-desa.

Rumah-rumah produksi jamu tradisional di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat telah lama memberi sumbangsih pada tumbuhnya kemandirian ekonomi desa melalui kantong-kantong produksi jamu tradisional. Mereka setiap hari memproduksi ramuan herbal tradisional untuk memenuhi permintaan masyarakat yang saat ini lebih butuh jamu tradisional daripada obat-obat kimiawi yang sintetik dan rentan efek samping dalam jangka panjang. Kondisi itu yang kemudian melatarbelakangi masyarakat Kabupaten Purwakarta lebih peduli akan kesehatannya, dan jamu tradisional menjadi pilihan terbaik masyarakat memenuhi kebutuhan dasar akan hidup sehat. Tapi rumah-rumah produksi jamu tradisional itu tumbuh tidak begitu cepat dan begitu lambat, karenanya penting sekali untuk mendorong sentra produksi jamu tradisional di Kabupaten Purwakarta dapat tumbuh baik seiring tingginya permintaan masyarakat akan hidup sehat.

Mendorong tumbuh kembangnya rumah produksi jamu tradisional di Kabupaten Purwakarta kelompok istri Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat menilai penting jamu tradisional untuk menjadi bagian penting terbangunnya industri kreatif berbasis kearifan lokal masyarakat Jawa Barat.

Dalam rangka memperingati Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari yang ke-46, Bhayangkari Cabang Purwakarta melakukan program sinergi mendorong pemilik dari rumah produksi jamu tradisional yang beralamat di Kampung Cisantri Rt 02 Rw 01 Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Rumah produksi jamu tradisional milik Susi Suryani ini telah berdiri sejak bulan Agustus 2005 lalu dengan nama Usaha Kecil Menengah Surya Cisantri Herblass. Dia telah berhasil konsisten mengembangkan serangkaian uji ilmiah hingga menciptakan ramuan tradisional herbal dengan kapasitas produksi mencapai 200 botol dalam sehari atau bisa disesuaikan dengan permintaan atau pemesanan dari konsumen.

Penggunaan kata “Herblass” sendiri berawal dari seringnya membeli jamu gendong lalu Susi Suryani mengamati penjual jamu gendong yang tangannya selalu bersih tidak ada bekas memeras kunyit. Karena alasan itu lalu Dia memutuskan untuk membuat sendiri ramuan herbal yang diperoleh dari pekarangan rumah. Semula tidak ada bahan racikan apapun cara sederhana adalah dengan membuat air rebusan dari bahan-bahan alam tadi menjadi jamu. Meski Susi sendiri sejak kecil sudah sering meminum jamu tradisional buatan ibu dan neneknya semasa kecil. Sebulan sekali dia membuat ramuan tradisional buatan sendir, ramuannya kemudian sering di bawa kerja dan sebagian teman kantornya sering meminta ramuan tradisionalnya itu. Lambat laun Dia kemudian mencoba memproduksi sendiri dalam skala yang lebih besar awalnya untuk teman di kantor perlahan jamu tradisionalnya dikenal banyak orang. Dia akhirnya memutuskan untuk memberi nama “Herblass” ramuan tradisional miliknya yang alami, bebas pengawet, tanpa pewarna dan pemanis buatan.

Susi sendiri merupakan tenaga ahli berpengalaman yang sejak tahun 2005 mempertahankan ramuan turun temurun resep tradisional dari orang tua. Setiap hari Dia meracik jamu dari pengalaman tradisi turun temurun warisan orang tua dan pengalaman penunjang selama Dia menjadi pekerja pada Riset Developmentselama 13 tahun dan pengalaman kerja di perusahaan ternama pada bagian Quality Control Analis Kimia dan Mikrobiologi selama 12 tahun. Tentu serangkaian pengalaman itu menjadi catatan panjang mengembangkan ramuan tradisional menjadi salah satu produk unggulan kekayaan warisan masyarakat Indonesia.

Melengkapi pengalaman itu Susi Suryani lantas menjadikan usahanya sebagai salah satu rumah industri yang konsisten memproduksi jamu tradisional bagi masyarakat. Dia lantas melakukan pemenuhan syarat administrasi sebagai legal formal sebuah rumah produksi untuk menjamin usahanya benar-benar diakui pemerintah. Tugas ini menjadi penting sebagai jaminan legal baik bagi usaha produksinya maupun jaminan bagi konsumen-konsumennya. Dia lalu menyelesaikan perizinan dimulai dari izin produksi dengan nomor : P-IRT No. 113.321.401.279, lalu Sertifikat Halal No : MUI-JB 01121018361106, Sertifikat Merek : HERBLASS No IMD 000203347, Tanda Daftar Industri : 09.3216.888, kemudian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil No. 248/10-10/PK/V/2007 dan Tanda Daftar Perusahaan Perorangan No. 100955205151.

Untuk membuat produksi jamu tradisional Susi memanfaatkan bahan-bahan alami yang mudah ditemui di pekarangan rumah dan pasar-pasar tradisional. Yaitu mulai dari Kunyit, Asam, Jahe, Kencur, Kayu Manis, Buah Mahkota Dewa, Daun Saga, Buah Mengkudu, Buah Pala, Bunga Rosella, Daun Antanan, Temulawak, Kunyit Putih, Merica, Lengkuas, Temu Mangga, Temu Kunci, Pangle, Keladi Tikus, Sanghai, Daun Sirsak, Benalu Kapulaga, Panglai, Pinang, Purwocceng, Gingseng, Cabai Jawa, Lada Hitam, Tibulus Gula Merah, Gula Putih, Air, Sirsak dan Pandan.

Meski terbilang sukses melakukan proses produksi rumahan jamu tradisional, hingga kini Susi mengaku mendapat banyak kesulitan terutama dalam hal pemasaran produk-produknya itu. Kadang kala Dia harus membuat sendiri brosur-brosur penjualan produk ramuan herbal yang tentunya sangat membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar. Mendorong hal itu kemudian kelompok wanita yang merupakan istri dari anggota Kepolisian Resort Purwakarta mendorong agar proses distribusi dan penjualan meningkat akhirnya turun membantu penjualan produk “Herblass” milik Susi Suryani dengan memamerkan produk jamu tradisional Susi di sejumlah kegiatan, salah satunya melalui bazaar produk pada peringatan hari Bhayangkari yang ke-64 di Lapang Markas Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat pada hari Kamis 22 September 2016 beberapa waktu lalu. Selain kegiatan itu produk ramuan herbal milik Susi Suryani juga dijualkan pada kegiatan Quranic Food Rabbani yang bekerjasama antara pengurus Bhayangkari Polres Purwakarta dengan Rabbani Purwakarta.


Peran serta jajaran pengurus Bhayangkari Kabupaten Purwakarta membantu pemasaran produk ramuan herbal milik Suryani mendorong pada upaya mewujudkan jamu tradisional sebagai sentra produksi rumahan yang memandirikan masyarakat. Susi Suryani dan jajaran Bhayangkari Kabupaten Purwakarta telah menjadi bagian penting kemandirian industry kreatif berbasis kearifan lokal yang menjadi lumbung ekonomi masyarakat Kabupaten Purwakarta. 

Comments