Budaya Politik dan Identitas Parpol


Budaya politik (politic culture) sudah lama menjadi penelitian para pakar terutama dalam kaitannya dengan kinerja partai politik.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa partai politik yang "sudah tua" termasuk partai politik di seluruh dunia ternyata memiliki budaya partai yang kuat. Partai politik semacam ini bisa memiliki pengaruh besar, atau kecil menengah dan biasanya memiliki struktur yang mapan.

Budaya partai politik seringkali didefinisikan sebagai sistem umum dari peraturan yang memberikan arti bagi partai. Budaya telah mewakili perjanjian kelompok tentang bagaimana mengerjakan sesuatu. Bahkan lebih tepat lagi budaya merupakan output dari suatu adaptasi hubungan dengan pihak luar dan kesolidan internal.

Sementara identitas partai politik diartikan sebagai konsensus tentang "Siapa Kita" sebagai organisasi. Dalam identitas partai politik terdapat konsensus yang jelas yang menjadi pembeda antara identitas dan politik. Akan tetapi identitas partai politik dalam tradisi bangsa Eropa (Perancis), konsepsi identitas berasal dari persepsi para peneliti tentang kekurangan yang ada pada konsep politik.

Definisi lain tentang identitas partai politik adalah sebagai suatu kumpulan karakteristik suatu partai politik yang saling tergantung, memberi spesifitas, stabilitas dan pertalian, sehingga bisa diidentidikasikan. Sebetulnya yang lebih pas adalah identitas partai politik merefleksikan eksistensi sistemnya dengan pola yang khusus.

Diagnosa tentang identitas partai politik mencakup analisa bagian yang nyata dalam asas kemanfaatan dan bagian tersembunyi (imaginaire) dari partai politik. Karena produk simbolis dapat diobservasi pendekatannya secara etnografis. Akan tetapi memerlukan kesabaran dan kemampuan yang mantap untuk melakukan observasi dalam waktu yang lama.

Lebih penting lagi diagnosa terhadap identitas imaginaire atau yang tidak nyata malah lebih menantang. Tugas ini jauh lebih sulit karena kader atau pengurus partai malah sering kali tidak sadar tentang nilai yang dimiliki, impulsnya dan asumsi dasarnya. Jika kader dan pengurus sendiri tidak sadar bagaimana dengan orang lain yang berada di luar partai politik?.

Sesungguhnya ini dimungkinkan dianalisa dengan inferensi terhadap hubungan antara pesan simbolis dengan yang imaginer. Mencakup elaborasi hipotesis yang menjelaskan penciptaan dan pemeliharaan simbol-simbol gerakan.

Identitas yang tidak nyata juga kemudian dapat diartikan dalam tiga citra internal yang berbeda seperti halnya citra partai menurut kader. Citra internal lain yang juga bisa terjadi adalah pandangan tentang kualitas ideal (apakah senioritas lebih penting daripada materi) dan cara bagaimana menggambarkan distribusi kekuasaan.

Pemaparan ini setidaknya memperjelas apa perbedaan budaya politik dengan identitas partai politik. Tapi pastinya kedua hal itu memiliki kedudukan penting untuk memperkuat citra, dan memperjelas posisi dalam persaingan suara dan opini publik.

Comments