Pendidikan karakter atau pendidikan moral di sekolah secara sederhana memiliki pengertian sebagai usaha sadar yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu sesuai dengan nilai etika yang berlaku dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Purwakarta, Asep Sundu Mulyana, S.Pd., M.Pd mengatakan konteks pendidikan karakter menjadi sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda Indonesia. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu pendidikan karakter sangat penting dilakukan secara terencana.
Pendidikan karakter saat ini menjadi salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan Nasional. Secara tegas, pendidikan karakter terkait dengan bidang-bidang lain khususnya budaya, pendidikan, dan agama. Ketiga hal tersebut saat ini mengalami disorientasi disebabkan adanya perubahan-perubahan cepat yang berdampak luas seperti urbanisasi, industrialisasi, modernisasi, dan terutama adalah globalisasi. Penekanan pada nilai-nilai kejujuran, pendekatan inter- dan intra- personal dalam hubungan antar manusia serta keinginan untuk memberikan yang terbaik (berprestasi) ditekankan dalam kurikulum yang ditetapkan. Diantaranya adalah 18 nilai, yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggungjawab.
"Sekolah sebagai komunitas pendidikan formal, menjadi sangat penting memegang peranan untuk menerapkan, mengajarkan, mengontrol, dan menilai karakter yang diharapkan oleh semua pihak. Perilaku negatif yang cenderung destruktif intrinsik ataupun ekstrinsik seringkali terjadi karena kurangnya keteladanan. Penanaman nilai keteladanan inilah yang sangat penting untuk dilakukan di sekolah secara terus-menerus sejak dini," jelas Asep Sundu, belum lama ini.
Kabupaten Purwakarta sebagai kabupaten yang dalam 10 tahun terakhir ini mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang, turut terlibat secara aktif dalam mewujudkan karakter masyarakat Kabupaten Purwakarta yang agamis dan berbudaya. Berbagai peraturan Bupati telah ditetapkandan diterapkan untuk mendukung dan mengarahkan bentuk pendidikan karakter yang seharusnya muncul dan lestari di Kab. Purwakarta. Pemerintah daerah sangat paham, bahwa masyarakat yang berkarakter mulia selalu berawal dari pendidikan dalam keluarga dan juga di sekolah, serta di masyarakat.
Semua stakeholder pendidikan di Kabupaten Purwakarta merasa bangga dengan adanya Peraturan Bupati (Perbub) nomor 46 tahun 2014 (tentang Tawuran Pelajar dan Penggunaan Kendaraan Bermotor bagi peserta didik), Perbup no. 69 Tahun 2015 (Tentang pendidikan Berkarakter) dan berbagai Perbup lainnya yang terkait Pendidikan. Bagi seluruh siswa yang ada di Kabupaten Purwakarta, Perbup tersebut sangat sejalan dengan teori-teori pendidikan yang dipelajari oleh setiap pendidik pada saat menimba ilmu di bangku kuliah, juga pada saat kegiatan peningkatan profesionalisme di pelatihan-pelatihan.
"Aturan yang ditetapkan di dalam perbup tersebut sangat relevan dengan model pembelajaran konstruktivistik yang merupakan turunan dari filsafat pendidikan konstruktivisme," tuturnya.
Makna dari kebijakan Bupati di bidang Pendidikan jika dianalisis lebih jauh sangat berkorelasi positif dengan teori-teori Pendidikan, terutama kebijakan yang menekankan mengenai pentingnya pembelajaran siswa menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem Base Learning), dan model-model pembelajaran lainnya.
Pendidikan Karakter di SMAN 2 Purwakarta
SMA Negeri 2 sebagai salah satu institusi pendidikan formal di Kabupaten Purwakarta menjadi tumpuan banyak pihak khususnya keluarga untuk membantu mewujudkan pendidikan karakter yang memiliki multiple intelligences, IQ, EQ, dan serta SQ bagi putra dan putrinya. Penerapan kebijakan di SMAN 2 Purwakarta tentunya mengacu pada aturan Bupati yang diterapkan secara komprehensif dan gradual, sehingga berhasil guna dan berdaya guna dalam aplikasi di lapangan. Model sosialisasi andragogik terhadap guru dan pedagogik pada siswa, adalah hal yang tepat dalam penerapan kebijakan sehingga tingkat pencapaian dan keberhasilannya akan semakin optimal. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMAN 2 Purwakarta sudah terimplementasi pada tiap sendi kegiatan sekolah. Dimulai dari pembelajaran, secara tertulis telah ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang direalisasikan di dalam prosesnya.
"Selain itu, dalam kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler, program-program kesenian, theater, olahraga, cheers, terutama keagamaan(keputrian, dan pengajian rutin setiap hari) sudah terlaksana," timpalnya.
Prestasi Siswa dan Guru SMAN 2 Purwakarta
Prestasi SMAN 2 Purwakarta telah merambah hingga tingkat Internasional, seperti cheerleader yang telah dua kali berturut turut mejuarai kompetisi di Singapura. Setiap minggu banyak kejuaraan-kejuaraan yg di peroleh seperti futsal, basket, olimpiade sains dan olahraga, kepramukaan dan lain sebagainya. Ada 34 jenis ekstrakurikuler yang menampung berbagai minat, hobi, dan bakat peserta didik. Jumlah ekskul yg cukup besar ini, di fasilitasi oleh sekolah mengingat usia perkembangan anak SMA yang tinggi akan keingintahuan, keinginan mengeksplorasi dan mencoba. Dikhawatirkan jika tidak difasilitasi, akan menimbulkan ekses yang tidak baik bagi peserta didik itu sendiri, bagi sekolah, lebih jauh akan berdampak buruk bagi lingkungan.
SMAN 2 Purwakarta, dengan dukungan penuh Bupati Purwakarta melalui berbagai Peraturan Bupati Purwakarta, Berusaha secara sungguh-sungguh membentuk generasi anak bangsa yang memiliki sikap tertib, mandiri, peduli, dan peka terhadap nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik Lingkungan. Tidak hanya siswa berprestasi, banyak guru-guru SMAN 2 Purwakarta telah memberikan kontribusi positif kepada dunia pendidikan di Kabupaten Purwakarta, banyak yang menjadi Kepala Sekolah berprestasi, guru berprestasi, Pengawas sekolah berprestasi, dan bidang-bidang lainnya.
"Semua itu muncul karena kekuataan karakter positif yang telah terinternalisasi dalam budaya pendidikan SMAN 2 Purwakarta sejak berdiri dari tanggal 3 September tahun 1979," timpalnya.
Program Unggulan SMA Negeri 2 Purwakarta
Program-program unggulan di SMAN2 Purwakarta diantaranya memiliki 2 kelas bakat istimewa terdiri dari kelas kesenian dan kelas olahraga, di dalamnya terdapat duta-duta yang menjadi andalan Kabupaten Purwakarta untuk berlaga menjuarai berbagai kompetisi di luar Kabupaten, yaitu tingkat Provinsi, Nasional, Regional, dan Internasional.
Program unggulan ini dilaksanakan untuk mempertajam kompetensi peserta didik yang memiliki bakat istimewa di bidang kesenian dan olahraga. Trend pendidikan pada saat ini mengacu pada multiple intelligence yang mengarahkan, mengasah, dan memfokuskan kemampuan anak (peserta didik) sesuai dengan bakat dan minatnya. Sehingga di masa yang akan datang, mereka memiliki kekhususan/ciri khas / personal competencies yang tidak dimilki oleh orang lain. Hal tersebut akan menjadikan mereka mampu bersaing dan unggul.
Selain kelas unggulan di bidang seni dan olahraga, SMAN 2 Purwakarta juga mengembangkan kemampuan entrepreneurship siswanya diantaranya : Ahmad Habibi Bungsu Maula Akbar – siswa kelas X MIA 6 , SMAN 2 yang juga putra dari Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi telah memberikan kesempatan berbisnis di berbagai bidang perniagaan. Manfaat yang dipetik diantaranya adalah sekolah memiliki kemitraan dengan peserta didik langsung dalam bidang traveling ada Badrudin Jusuf - Siswa kelas XII MIA 4.
"Kreatifitas dalam bidang kuliner dan kerajinan selalu diapresiasi dalam berbagai kegiatan seperti bazaar, Smanda Birthday Festival, dan pentas seni (salah satunya adalah Purwakembar, 3 bersaudari kembar yang kemampuan tarinya telah merambah hingga tingkat Nasional)," jelasnya.
Seideal apapun rumusan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah (khususnya Kabupaten Purwakarta), maupun sekolah, tanpa peran keluarga dan masyarakat secara penuh, akan menjadi hal yang mustahil pendidikan karakter dapat terimplementasi secara nyata. Peran guru hanya sekitar 40% saja dalam pembangunan karakter siswa, sisanya sangat tergantung pada keluarga dan masyarakat.
"Oleh karena itu, marilah semua komponen masyarakat formal dan informal bergandengan tangan untuk selalu selaras dan kompak dalam pembentukan karakter masyarakat Purwakarta," pungkasnya.
Comments
Post a Comment